Jumat, 13 Desember 2013

Bahagia itu sederhana, ketika kita bisa bersyukur :)


Whoaaa… asalamu’alaikum.. selamat pagiiii…. Masih merasa bahagia kan? Alhamdulillah :D
Pagi ini saya ingin berbagi cerita dan cinta saya terhadap dunia disabilitas yang saya tekuni beberapa tahun terakhir ini. Ya Allah.. betapa mudahnya mereka membuat saya menghabiskan sebagian otak dan hati untuk berjalan, berkarya dan berbahagia bersama mereka.
Mengenal dunia disabilitas awalnya ketika saya bergabung bersama SNETS YCHI-Autism Center yakni organisasi non-profit yang membawa harapan lebih baik untuk bangsa Indonesia dalam penanganan Autisma. Autisma bagi saya sudah bukan hal yang asing lagi, saya memiliki sepupu yang mengidap autism juga. Tingkahnya aneh, sangat aktif, kadang lucu juga sih.. hehe tapi sayang, dia tidak mengerti apa yang saya bicarakan L
Semenjak bergabung sebagai therapist ABK dengan klinik SNETS banyak sekali pengalaman awesome yang tidak ternilai harganya. Saya banyak bertemu ABK dengan berbagai macam gangguan selain autisma seperti cerebral palcy, down syndrome, mental retardasi, dan speech delay. Walaupun mereka memiliki gangguan yang berbeda-beda namun satu kesamaan yang mereka miliki yakni cinta dan ketulusan. Pelaksanaan terapi setiap hari selama 1,5 jam membuat saya semakin mengenal karakter mereka satu persatu dan membuat saya semakin mencintai keberadaan mereka. Kami mungkin adalah guru mereka, namun sebenarnya kami lah yang banyak belajar dari mereka tentang bagaimana menjalain hidup dengan kebahagiaan yang sederhana. Terimakasih, Nak. You know how much I love you.

 kisah kedua saya adalah tentang silent world. Ya, dunia sunyi. Selain menjadi therapist saya juga menjadi salah satu interpret (penterjemah bahasa isyarat) di organisasi Gerkatin Bandar Lampung. Gerkatin adalah singkatan dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia jadi seluruh anggota organisasi adalah penyandang tunarungu wicara.
Tangan Tuhan yang mempertemukan kami. Saya tidak pernah berfikir sebelumnya akan bertemu dengan salah satu organisasi mengagumnya yang juga tidak terlumpuhkan oleh keterbatasan. Mereka juga tidak pernah mengutuk kegelapan yang menyelimuti mereka tapi menyalakan lilin merupakan jalan yang mereka ambil. Itulah sebab saya begitu mencintai deaf dan silent world, saya begitu merasakan cinta yang mereka isyaratkan kepada saya.
  
Lagi-lagi saya banyak belajar dari penyandang disabilitas. Mereka adalah sebaik-baiknya guru dalam mengaplikasikan sabar, syukur, dan mencintai Tuhan dan semesta dengan seluruh kelebihan dan kekurangan yang menjadi penyeimbangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar