Senin, 14 Juli 2014

Matahari Yang Tak Hangat Lagi

Belum dikatan seseorang tersebut mencintai dengan baik jika cintanya belum teruji. Namun beginikah ujian cinta yang saya rasakan, begitu berat, saya sulit membedakan apakah ini ujian cinta atau pertanda bahwa cinta kami harus berakhir.

Tiga tahun silam kita dipertemukan dalam keadaan yang sangat membahagiakan, semesta dengan seluruh kesenyapannya seraya itu ikut tersenyum kala kita saling berkata cinta. hari pertama kita merasa bahagia, hari kedua kita merasa bahagia, hari ketiga kita bersamapun perasaan bahagia itu tak berubah juga, hingga seterusnya, hingga hari ini saat aku merasa cinta kita tak layak lagi untuk di pertahankan, jauh dalam palung hatiku, kaulah bahagiaku. Sayang, betapa perjuangan ini tak ingin ku hentikan untuk terus membuatmu tersenyum, menjadi atap saat badai menerpa hatimu. Namun harus seperti apalagi usaha yang harus kulakukan? Gunung mana lagi yang harus ku daki? tebing mana lagi yang harus kupanjat untuk sekedar mengatakan cinta ini padamu. Aku meyakini janji Tuhan tentang jodoh dan tentang siapa yang seharusnya membahagiakan siapa sudah sangat jelas dan tanpa revisi begitupun siapa yang pantas membahagiakanmu sudah tertera di suratannya.Aku mau berjuang untukmu, bahkan ragaku bukan hal berharga jika untuk kebahagiaanmu karena mencintaimu adalah urusan jiwa maka ia akan selalu hidup. 
Lihatlah, sayang. setiap hari kita berselisih tanpa ada sebab yang jelas. Aku selalu menuntut kesempurnaan dirimu begitupun sebaliknya, kita tlah lupa bahwa kita tidak bisa sempurna sendiri, kita harus saling menyempurnakan. Setiap hari kita saling mengumpat keburukan masing-masing tanpa pernah sadar bahwa kita pernah saling memuji dan berkata cinta dalam seribu hari terakhir ini. Namun entah apa yang membuat semua kata-kata busuk itu keluar dari mulutku dan mulutku. Sayang, aku adalah orang pertama yang akan marah ketika ada yang mencoba menyakitimu namun beberapa bulan ini akulah orang yang paling sering menyakitimu dengan cara yang tidak aku sadari. Sungguh akupun merasakan sakit atas itu semua, aku merasa sakit atas kebodohanku, aku merasa sakit atas kegagalanku membahagiakanmu. 
Aku mencintaimu lebih dari apapun, aku pernah berjanji untuk terus membahagiakanmu namun maaf kini aku harus ingkar. Lebih baik aku menanggung dosa karna telah ingkar janji daripada harus terus melihatmu tersiksa oleh keangkuhanku. Sayang, tak lagi ku tahan pundakmu untuk bangkit mengejar matahari di bukit sana yang mungkin lebih hangat dan menyenangkan hatimu. namun ketika tak jua kau temukan maka kembalilah, akulah mataharimu..