Sabtu, 01 Februari 2020

Menjawab Permasalahan Sampah dengan Circular Economy

Its circular economy

It is make, use, return no need to burn

Its circular economy 
Waste for us maybe useful for other.

Beneran, deh. Sejak ikut acara Circular Economy and Sustainable living barsama SCG Indonesia yang diadakan pada tanggal 22 januari lalu, lagu ini masih terngiang terus.
Liriknya sederhana, nadanya easy to listen, tapi pesan yang terkandung dalam lagu ini sangat kuat.

Yup, Circular economy atau ekonomi sirkular merupakan sebuah gerakan alternatif dimana kita diharapkan mampu menjaga sumber daya agar dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan. Circular economy membantu kita memanfaatkan bahan produksi hingga titik akhir nilai gunanya sehingga tidak ada lagi istilah sampah produksi. 

Ilustrasi circular economy dibidang fashion (source Pinterest)

Jujur, saya baru mendengar istilah circular economy di acara tersebut. Tapi jangan salah, ya. Ternyata secara tidak sadar, saya sudah melakukan circular economy, lho pada bisnis saya. Di @rumahnabati_id yang produk utamanya adalah susu almond hampir setiap hari menghasilkan ampas almond sebanyak 1kg.

Cookis ampas almond 

 Awalnya saya hanya berfikir gimana ya caranya supaya ampas almond ini tidak hanya berguna sebagai makanan mikroba saja mengingat harga kacang almond yang cukup mahal. Akhirnya saya berinisiatif mengubahnya menjadi tepung almond dan menjadi salah satu bahan baku cookies and tentu keuntungan saya berlipat ganda, hihihi

Ubah Sampah Jadi Berkah
Pada acara Circular Economy and Sustainble living lalu menghadirkan Ibu Dewi Kusmianti seorang wanita penggagas komunitas My Darling. 


Komunitas yang berdiri di Padasuka, Bandung ini menjadi salah satu warior yang mengubah sampah menjadi pupuk kompos dan biogas. Teman-teman tentu masih ingat Bandung pernah di juluki sebagai kota lautan sampah beberapa tahun lalu akibat pengelolaan sampah yang tidak baik. Melalui tangan dingin Ibu dewi dan anggota komunitas lainnya, kini kota Bandung hampir terbebas dari ancaman buruk sampah. Berkah lain yang dirasakan Ibu Dewi adalah, beliau mampu membiayai pengobatan anaknya yang mengidap radang otak dan diabetes hingga kondisinya membaik dari hasil menjual hasil daur ulang sampah. Huhuhu MaasyaaAllah.. 

Kenapa Harus Circular Economy?
Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. (Indonesia.go.id) 
Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat ke 2 terbesar dunia dalam memproduksi sampah plastik, tentu bukan prestasi yang membanggakan, bukan? Sekarang sudah saatnya kita membuka mata lebar-lebar dan mulai melakukan langkah kecil dalam menyelamatkan bumi kita. Dalam circular economy terdapat 5 prinsip dasar yaitu reuse (gunakan kembali), reduce (mengurangi), recycle (daur ulang), Rot (mengompos), dan refuse (menolak hal yang tidak dibutuhkan) merupakan hal mendasar yang perlu dilakukan untuk mengurangi sampah. Jika kita menerapkan 5 hal ini dalam kegiatan sehari-sehari bukan tidak mungkin pembangunan berkelanjutan akan lebih baik dan makin selaras dengan alam.

Saya mengenakan tas rajut dari benang sisa produksi tekstil


Dukungan SCG Indonesia untuk Circular Economy
Sebagai komitmen dalam menjaga kelestarian Bumi, SCG Indonesia akan mendukung penuh kegiatan circular economy dengan berkolaborasi dengan banyak pihak agar target pengurangan limbah plastik pada tahun 2025 dapat tercapai. Ibu Dewi Kusmianti dan komunitas My Darling salah satu cotoh kolaborasi SCG dengan masyaarakat yang sudah sukses dalam menangani masalah sampah. 

The speakers

SCG Indonesia juga aktif dalam memberikan beasiswa kepada pelajar yang memiliki core kegiatan pengelolaan sampah yaitu The Dream ASEAN Camp. Disini para pelajar terpilih yang mewakili negaranya di wilayah ASEAN akan mempresentasikan CSR project mereka di hadapan Top Executive SCG dan peserta dari negara lainnya. Indonesia diwakili oleh komumitas NIRACLE. Project mereka yaitu mengolah sampah tekstil di daerah Soreang, Bandung yang tadinya hanya dibakar dan dibuang ke sungai menjadi kerajinan tangan yang bernilai tinggi. 

Workshop pembuatan key Chain pada totebag dari kain sisa produksi

Nah, ternyata langkah kecil jika dilakukan secara kontinyu dan didukung oleh stakeholder, dampaknya besar juga, ya. Bukan tidak mungkin permasalahan sampah di Indonesia bahkan dunia bisa teratasi bahkan dari sendi kehidupan yang paling mendasar. Yuk kita mulai melakukan circular economy hari ini. 
Satu kutipan dari Ibu Dewi Kusmianti yang bisa menjadi pedoman hidup bagi siapapun adalah 

"Lebih baik hidup dari sampah daripada hidup menjadi sampah"

Semangaaat!