Kamis, 29 November 2018

Manfaat Menggendong untuk Tumbuh Kembang Anak


"Jangan terlalu sering menggendong anak. Nanti anakmu jadi bau tangan."


"Kok gendong anaknya dipekeh gitu? Nanti jalannya ngangkang, lho"



Ucapan-ucapan tersebut sudah sering saya dengar, bahkan jauh sebelum menikah dan punya anak. Saking seringnya mendengar, sampai-sampai menjadi keyakinan bahwa terlalu sering menggendong anak akan berdampak negatif bagi ibu dan anak.



Beberapa minggu setelah melahirkan, saya bertemu dengan komunitas Nusantara Menggendong, komunitas para orangtua yang gemar mengkampanyekan menggendong yang optimal. Dari komunitas tersebut, mitos bau tangan dan sejenisnya terbantahkan semua.
Menggendong adalah kegiatan mendekap anak kita dan melibatkannya dalam berbagai kegiatan dengan bantuan alat gendongan. Menggendong ternyata bukan sekadar aktivitas memindahkan anak dari tempat tidur ke tangan kita. Menggendong adalah proses menciptakan generasi yang tenang dan percaya diri. Melalui menggendong akan terbangun ikatan antara penggendong (orang tua atau anggota keluarga) dan anak, yang akan membuat anak merasa lebih tenang karena ada orangtua yang senantiasa siap sedia memberikan rasa aman dan ketenangan sampai si anak siap.




Pasti banyak orangtua masa kini yang masih ingat, kenangan digendong oleh orangtua masing-masing di masa lalu, atau dulu mengamati adik-adiknya digendong oleh nenek, kakek, atau pengasuh di rumah. Ternyata banyak sekali manfaat dari menggendong anak. Dalam beberapa tulisan yang pernah saya baca dari komunitas-komunitas babywearing di Inggris, disebutkan bahwa menggendong dapat membantu bayi beradaptasi sesaat setelah dilahirkan. Dengan digendong, bayi akan tetap merasa hangat dan nyaman dalam dekapan orangtua. Menggendong memberikan skin to skin contact yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan bayi. Digendong skin-to-skin contact ini sangat baik untuk bayi prematur dan berat bayi lahir rendah, dan membantu pengaturan temperatur tubuh, detak jantung, dan pernafasan. Menggendong juga membantu perkembangan ritme sirkadian (pola tidur dan bangun) pada bayi. Selain itu, menggendong dapat membantu orangtua mengenali bayi yang mengantuk dan membentuk pola tidur yang baik.


Disebutkan juga bahwa menggendong dapat membantu menenangkan bayi. Dipeluk dan didekap merupakan kebutuhan dasar bayi yang apabila terpenuhi akan membuat bayi menjadi lebih tenang. Menggendong juga efektif untuk mengurangi tangisan bayi dan membantu bayi lebih rileks. Bayi yang lebih tenang dan tidak menangis berlebihan akan tumbuh dan berkembang lebih optimal karena mereka akan belajar dan berinteraksi lebih banyak. Saat digendong dalam posisi tegak, bayi akan belajar menguatkan otot leher.



Buibu pasti pernah mendapat saran kalau setelah disusui, bayi sebaiknya digendong sambil dibuat bersendawa? Menggendong ternyata membantu mengurangi kejadian gumoh atau reflux (aliran isi perut yang berbalik ke kerongkongan), meredakan kolik, dan membantu perkembangan sistem keseimbangan tubuh bayi. Dengan digendong, bayi pun akan lebih mudah disusui kapanpun dan dimanapun. Kemudahan ini dapat memperpanjang masa menyusui. Saat anak memasuki usia toddler, menggendong anak dapat membantu meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara dan mengenali lebih banyak ragam emosi raut wajah, karena saat berkomunikasi dengan anak dalam gendongan, wajah anak dan orangtua akan sejajar dan dekat. 



Ada sebuah kutipan bagus dari Gordon Neufeld, seorang psikolog perkembangan anak: “The key to activating maturation is to take care of the attachment needs of the child. To foster independence; to promote individuation we must provide a sense of belonging and unity; to help the child separate we must assume the responsibility for keeping the child close”. Menggendong dapat memenuhi banyak kebutuhan psikis anak dalam masa-masa awal kehidupannya, membentuk karakter anak yang tenang dan percaya diri. Ternyata manfaat dari menggendong anak ini cukup banyak ya. Sangat disayangkan apabila kita melewatkannya hanya karena mitos-mitos yang belum terbukti kebenarannya. Mari jadikan masa-masa menggendong sebagai tabungan kelekatan, agar nantinya anak memiliki kenangan masa kecil yang indah kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya.


Mau belajar menggendong dengan berbagai macam teknik gendongan? Feel free follow my Instagram @kantiewilujeng



Selasa, 06 November 2018

Membentang Kebaikan Lewat Tulisan

Bagi saya, menulis adalah bagian dari keseharian. Dalam suasana apapun saya berusaha untuk mengabadikan momen lewat tulisan. Selain itu, menulis adalah cara saya untuk me-recall ilmu yang di dapatkan kemudian menyimpannya kembali menggunakan Bahasa saya sendiri. Hasilnya akan lebih melekat dan mudah untuk diingat.
Pada Era media social seperti sekarang, Saya memilih media blog untuk menyimpan dan menyebarluaskan isi pikiran. Selain lebih mudah, blog relative lebih terjangkau untuk Ibu rumah tangga sekaligus working at home mom yang waktu luangnya sangat terbatas.

Menulis untuk Kebermanfaatan

Salah satu aktivis kesehatan yang terus menyuarakan kebaikan, Grace Melia juga menjadikan blog sebagai media dalam mengkampanyekan pentingnya Imunisasi Rubella. Grace Melia adalah seorang Ibu dua anak yang salah satunya mengidap rubella congenital syndrome atau penyakit rubella bawaan. Grace menuturkan bahwa saat hamil anak pertamanya, dia tertular virus rubella yang berdampak buruk pada janinnya. Ubi lahir dengan cacat bawaan seperti Tuli, kebocoran jantung dan cerebral palcy. Maka dari itu Grace gencar untuk menyuarakan pentingnya Imunisasi Rubella karena tidak hanya melindungi diri sendiri namun juga orang lain.  Ketekunannya tersebut membuatnya mendapatkan banyak sekali penghargaan, salah satunya dari Kementrian Kesehatan.

Sumber: www.gracemelia.com

Selain kisahnya yang menarik untuk dijadikan pelajaran bagi semua kalangan, Bahasa yang disampaikan grace melia sangat mudah dipahami, tampilan blognya juga enak dipandang menjadi nilai tambah. Membaca blog Diary mami Ubii membuat saya merasa sedang diceritakan langsung oleh beliau.
Betapa beruntungnya saya pada tanggal 25 oktober 2018 lalu diundang oleh Dompet Dhuafa untuk mengikuti Workshop level up 1 yang diadakan di Kampus Umar Usman, Warung Jati. Kenapa saya merasa beruntung? Karena saya masih sangat perlu untuk mengimprovisasi gaya menulis saya, menemukan kesalahan kemudian memperbaikinya tentu dengan bimbingan dari orang yang berkompeten di dunia jurnalistik. Workshop yang bertajuk “ How to Make Creative Writing and Smartphone Photography”menghadirkan Mas Soni Triantoro seorang editor in chief dari portal berita HIPWEE. Beberapa tahun terakhir saya familiar dengan tulisan-tulisan Hipwee. Hampir setiap hari diberanda facebook maupun timeline saya menemukan artikel-artikel hipwee yang dibagikan oleh teman-teman saya. Tidak hanya bagus, dari judul yang di sematkan saja tulisan hipwee banyak membuat pembaca jadi baper. Sebenarnya apa sih rahasianya?

Tips Menulis Ala Hipwee

1. Judul adalah kuncian. Maka buatlah judul semenarik mungkin tapi tetap sesuai bahasan dengan maksimal 100 karakter.
2. Cakap menemukan ide artikel yang memiliki potensi menjadi viral seperti isu yang sedang hangat diperbincangkan oleh warganet. Sebisa mungkin, buat artikel yang bermanfaat, inspiratif dan mewakili perasaan pembaca.
3. Selipkan gambar gambar yang relevan dengan isi artikel. Memilih gambar juga bisa membutuhkan waktu ekstra karena gambar yang dipakai idealnya berukuran 750px400px dan landscape. Upayakan untuk mengambil gambar dari sumber yang memang menyediakan unduhan gambar secara gratis. Selalu cantumkan sumber dan caption disetiap gambar yang kita sisipkan.
4. Hindari pemilihan gambar yang memiliki tone Hitam Putih, mengandung nilai promosi komersial, juga gambar-gambar yang menampilakn aktivitas ciuman atau yang dikategorikan sebagai gambar porno.


Gambar yang baik akan sangat membantu kita dalam menjelaskan isi tulisan. Mas Taufan Yusuf selaku Head of Newsroom Dompet Dhuafa juga membagikan kiat-kiat agar penulis dapat menangkap gambar yang baik hanya dengan menggunakan Smartphone. Mas Taufan juga mengajak para peserta mencoba langsung memotret lingkungan sekitar kemudian memberi arahan agar foto yang diambil tidak hanya menarik tapi juga memiliki makna.

Workshop yang berjalan kurang lebih 6 jam tersebut mengajak seluruh peserta untuk mengasah lagi kepekaan terhadap lingkungan lewat tulisan. salah satu pesan tersirat yang dapat saya ambil adalah 
jangan pernah berhenti menulis, karena kita tidak akan tahu tulisan apa yang akan membawa kita menuju kebaikan.

semoga ini menjadi motivasi kita semua untuk terus berbagi ilmu dan menebar kebaikan.