Sabtu, 16 September 2017

Menyusuilah dengan Keras Kepala



Sifat paling menonjol dalam diri saya adalah keras kepala alias ngeyel, dan saya bersyukur memilikinya.
Gambar ini diambil waktu Rumi terindikasi jaundice dan harus difototerapi.

Sebelumnya saya sudah sedikit belajar tentang penanganan jaundice: selain difototerapi dengan blue light, bayi juga bisa banyak disusui. Saat itu Rumi baru berusia empat hari dan banyak pihak yang meragukan kuantitas ASI saya, termasuk bidan di ruang Perina. Saya tidak gentar karena saya percaya ASI saya cukup, berkualitas, dan mampu menyembuhkan bayi saya.
Saat Rumi difototerapi, saya minta dua lampu sekaligus. Satu lampu dipasang saat Rumi tidur dan satu lagi saat sedang disusui. Selama 24 saya berjaga mendampingi Rumi dan Alhamdulillah, keesokan harinya bilirubin Rumi sudah turun dan tidak perlu difototerapi lagi.


Kalau saya tidak ngeyel, tentu ceritanya akan lain! Luka operasi yang belum kering pun tidak saya pikirkan lagi. Saat itu juga banyak yang menyarankan agar memberikan susu formula karena hasil pompa ASI hanya sedikit. Namun saya menyakinkan mereka kalau itu bukanlah patokan ASI saya banyak atau tidak.

Apa yang membuat saya begitu percaya diri? Ilmu.

Sebelum melahirkan, saya banyak mengikuti kelas persiapan ibu melahirkan termasuk yang diadakan oleh @the_urbanmama dengan narasumber mbak @f.b.monika2015. Saya juga membaca buku dan tentunya bergabung bersama para ibu menyusui yang sedang sama-sama berjuang, berbagi ilmu, serta pengalaman. Energi positif yang saya dapatkan setiap berbincang dengan mereka makin menambah kekuatan agar bisa memberikan yang terbaik untuk Rumi.
Hampir enam bulan berlalu, artinya Rumi hampir menyelesaikan ASIX. Menyusui adalah tugas berat yang harus kita selesaikan dan percayalah tidak ada hasil yang mengkhianati perjuangan. Insyaa Allah kita akan memanen hasilnya ketika melihat  si kecil tumbuh dan berkembang menjadi anak yg sehat, cerdas, dan berbudi baik. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar