Fajar telah menyingsing
di salah satu kabupaten termuda di Provinsi Lampung, Tulang Bawang Barat yang
menyerinai melewati selah dedaunan pohon karet membelai wajah kami. Kami
merupakan sekelompok mahasiswa Universitas Lampung yang sedang menempuh Kuliah Kerja
Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) didesa Marga Jaya, Kecamatan Gunung
Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat. KKN-KT tahun ini berbeda dengan KKN-KKN
tahun lalu karena di tahun ini dikhususkan untuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang menuntut kami tidak hanya melakukan praktek mengajar didesa pelosok namun
juga ikut serta dalam pembangunan didesa tersebut.
Jam tangan salah satu
anggota kelompok kami berdering layaknya kopral yang sedang membangunkan para
prajuritnya berharap segera bangkit untuk mandi memebersihkan liur kelemahan
dan ketidakberdayaan. Keegoisan udara dingin pagi ini kami acuhkan, dengan mata
sayup kami mulai memasak bahan makanan untuk santap sahur guna memenuhi energy
dan kesempurnaan ibadah puasa kami hari ini. Nasi panas, tempe goreng, dan
tumis kangkung kiranya cukup untuk mengisi perut dan memantapkan langkah kami
melaksanakan tugas sebagai seorang calon pendidik.
Bukan kesederhanaan
yang kami ratapi pagi ini “bangun, Nak.
Sahur dulu”, “diminum Tehnya”, “minum
air putih yang banyak” pesan singkat yang begitu bermakna dari orang tua
kami-lah yang begitu kami rindukan. Euphoria sebuah Ramadhan memang tak mampu
kami pungkiri kesejukannya bersama orang-orang terkasih kami dirumah. Hari ini,
10 Juli 2013 yang juga bertepatan dengan 1 Ramadhan 1434 Hijriah kami
melewatinya dengan rasa rindu bersama dengan 10 anggota kelompok lainnya dengan
karakter yang berbeda-beda dan belum pernah kami kenal sebelumnya disatukan
dalam sutu kesempatan yang menuntut kami untuk makan, tidur, beribadah, dan
bekerja bersama.
Terdapat 2 kamar yang
disediakan oleh Ibu erlina, pemilik rumah yang kami tempati sementara didesa
ini. Karena jumlah kami yang tidak memungkinkan untuk dijadikan satu kamar maka
kami dibagi menjadi 2 kamar, Satu berukuran 4x4 meter dan yang satunya lagi berukuran 3x4 meter.
Didalam kamar yang lumayan besar ini kami beristirahat tanpa kasur maupun
bantal dan selimut, hanya sebuah karpet dan tumpukan baju yang kami sulap
menjadi bantal. Kadang kami rasakan udara dingin yang begitu menusuk tulang
yang kemudian kami siasati untuk melawannya dengan mandi dan berwudhu. Keterbatasan
itu kami nikmati dengan penuh ungkapan syukur setidaknya kami merasa jauh lebih
beruntung dari saudara-saudara kami yang hanya bisa tidur dengan alas kardus
dan udara malam yang begitu menusuk tulang.
Kami hampir goyah,
langkahkami hampir terhenti ketika godaan tentang kenyamanan rumah dan
gemerlapnya lampu kota menghiasi angan kami. Ketika kami memahami semua itu
hanya godaan, hanya Allah-lah tempat dimana kami meminta dan memohon
pertolongan. Perselisihan, ketidaksamaan pikiran, dan ego diri masing-masing
dari kami sungguh menjadi hal lumrah menghiasi hari-hari awal pengabdian kami
disini. Namun kami tidak ingin bertindak konyol, kami yakin tidak semua orang
mampu melewati pengabdian didesa pelosok dalam keadaan sedang berpuasa, Allah
memilih kami berarti kami mampu melewati ini semua.
Bismillahi tawakaltu
‘Alallah mengawali langkah pertama kami menempuh jarak sejauh 2 kilo meter
menuju sekolah dimana kami bertugas yakni di SMP Negeri 2 Gunung Agung. Sungguh
berat kami rasakan berjalan dengan jarak sejauh itu yang belum pernah kami
lakukan sebelumnya ditambah lagi dengan cuaca panas dan medan yang berdebu,
namun kami yakin semua ini tidak akan sia-sia. Setiap langkah yang kami pijak terhitung
sebagai dzikrullah memuji kebesaran-Nya. Tetesan keringat yang mengalir dari
kening kami semoga dapat menjadi penghapus dosa-dosa kami, serta kesegaran air
yang kami tenggak saat berbuka puasa dapat memberi kesegaran lahir dan bathin
kamiyang haus akan rahmat dan karunia-Nya.
Kami menyadari, segala
cobaan yang kami lewati selama pengabdian kami ini merupakan ladang amalan bagi
kami dan kami tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Insya’Allah kami
selalu mengusahakan kebermanfaatan diri dan Ilmu yang kami punya demi sebuah
kesejahteraan kecil di Desa Marga Jaya ini. Kerinduan kami terhadap orang tua
dan segala hal indah yang kami tinggalkan demi pengabdian ini kami yakini akan
mendapatkan balasan yang lebih indah dari Allah SWT. Kami selalu berpegang pada
suatu hadist yang berbunyi “man jadda wa
jadda”. Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapat. Kami yakini
itu ya Allah. Tetapkanlah hati kami serendah bumi dan pikiran yang melangit.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar